Rabu, 21 Desember 2011

FILOLOGI DAN FOLKLOR

1.    FILOLOGI
Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya adalah naskah-naskah lama. Naskah yang berisi semua peninggalan tertulis nenek moyang kita pada kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan. Tulisan tangan pada naskah itu biasanya berbahasa melayu dan berbahasa Jawa. Dalam bahasa Inggris, naskah seperti ini disebut “manuscript” dan dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah “handshcrift”
Istilah filologi mulai dipakai pada kira-kira abad ke-3 SM oleh sekelompok ahli dari iskandariyah, yaitu untuk menyebut keahlian yang digunakan untuk mengkaji peninggalan tulisan yang berasal dari  kurun waktu beratur-ratus tahun lamanya.  Ahli dari Iskandariyah yang pertama kali melontarkan tulisan filologi bernama Eratosthenes. Pada saat itu mereka harus berhadapan dengan sejumlah peninggalan tulisan yang menyimpan informasi dalam bentuk tulisan itu terdapat sejumlah bacaan yang rusak atau corupt.
Secara etimologi filologi berasal dari bahasa Yunani “philologia”, gabungan dari kata philos = teman dan logos = pembicaraan atau ilmu. Dalam bahasa Yunani philologia berarti “senang berbicara”. Arti ini kemudian berkembang menjadi “senang belajar” atau “senang kebudayaan”. Pengkajian filologi pun selanjutnya membatasi diri pada penelitian hasil kebudayaan masyarakat lama yang berupa tulisan dalam naskah (lazim disebut teks).
Filologi terdiri dari dua fokus pembahasan yaitu sebagai berikut:
a.    Kodikologi
Kodikologi berasal dari bahasa latin ‘codex’ (codies: bentuk jamak) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “naskah” bukan menjadi “kodeks”. Menurut Sri Wulan Rujiati Mulyadi, codex atau caudex dalam bahasa Latin menunjukkan hubungan pemanfaatan kayu sebagai alat tulis yang pada dasarnya kata itu. Berarti teras batang pohon. Selanjutnya, codex dipakai untuk menunjukkan suatu karya klasik dalam bentuk naskah. Kodikologi diperkenalkan oleh Alphonse Dain (ahli bahasa Yunani) di Acole Normale Seprieure, Paris pada tahun 1944. Pada tahun 1949 ia menerbitkan karyanya yang berjudul Les Manuscrits sehingga istilah ini semakin dikenal. Wilayah kajian kodikologi antar lain sejarah naskah, sejarah koleksi naskah, penelitian mengenai tempat naskah-naskah yang sebenarnya, masalah penyusunan katalog, penyusunan daftar katalog, perdagangan naskah dan penggunaan naskah-naskah tersebut.
b.    Tekstologi
Tekstologi ialah ilmu yang mempelajari seluk beluk teks yang meliputi  penelitian tentang penjelmaan dan penurunan teks sebuah karya sastra, penafsiran dan pemahamannya dengan meneliti sejarah teks suatu karya. Dengan menyelidiki sejarah teks suatu karya maka data yang terdiri dari karakter-karakter yang menyatakan kata-kata atau lambing-lambang dapat digunakan  untuk berkomunikasi oleh manusia dalam bentuk tulisan.
c.   
2.    FOLKLOR
Dari segi bahasa, folklore terdiri dari dua kata yaitu folk dan lore. Folk berarti kolektif dan lore artinya adat. Menurut Danandjaja, folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, social, dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Ciri-ciri pengenal itu antara lain warna kulit yang sama, bahasa yang sama, bentuk rambut yang sama, mata, taraf hidup, dan agama yang sama. Lore adalah tradisi yang diwariskan turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (Dundes dalam Danandjaja.
a.    Ciri-ciri folklore
Menurut Dandjaja, folklore memiliki ciri-ciri atau pengenal utama yaitu:
1.    Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan.
2.    Folklore bersifat tradisional, disebarkan dalam bentuk relative tetap atau dalam bentuk standar.
3.     Folklore ada dalam versi-versi bahkan varian yang berbeda.
4.    Folklore bersifat anonym.
5.    Folklore biasanya berumus atau berpola.
6.    Folklore mempunyai kegunaan sebagai sarana untuk mendidik, pelipur lara, protes social, dan proyeks keinginan terpendam.
7.    Folklore milik bersama.
8.    Folklore bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum.
9.    Folklore pada umumnya bersifat polos dan lugu.

b.    Jenis-jenis folklore 
1.    Folklore lisan
a.    Prosa lama
Ada beberapa bentuk prosa lama yaitu:
•    Hikayat. Hikayat berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan ghaib.
•    Sejarah (tambo) merupakan bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah para raja.
•    Kisah. Yaitu cerita tentang pengalaman atau perjalanan seseorang dari suatu tempat ke tempat yang  lain.
•    Dongeng. Suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng terdiri atas beberapa jenis yaitu:
-    Fabel. Cerita lama yang menokohkan binatang sebaga lambang pengajaran moral. Misalnya cerita kancil dan buaya.
-    Mite/mitos. Cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap suatu benda atau hal yang dipercayai mempunyai kekuatan ghaib. Misalnya cerita Nyi Roro Kidul.
-    Legenda. Cerita yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah.
-    Sage. Cerita yang berhubungan dengan sejarah, menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian atau keajaiban seseorang.
-    Cerita berbingkai. Cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya.
•    Bidal. Cara berbicara dengan menggunakan bahasa kias. Ada beberapa jenis bidal yaitu:
-    Pepatah. Pribahasa yang menggunakan bahasa kias dengan maksud mematahkan ucapan orang lain atau untuk menasihati orang lain. Misalnya, malu bertanya sesat di jalan.
-    Tamsil (ibarat). Pribahasa yang berusaha memberikan penjelasan dengan perumpamaan dengan maksud menyindir, menasihati atau memperingatkan seseorang dari sesuatu yang tidak dianggap benar. Misalnya, tua-tua keladi, makin tua makin menjadi.
-    Perumpamaan. Pribahasa yang digunakan oleh seseorang dengan cara membandingkan suatu keadaan atau tingkah laku seseorang dengan alam, benda, atau makhluk di alam semesta. Misalnya seperti durian dengan mentimun.
-    Pameo. Suatu pribahasa yang digunakan untuk mengolok-olok, menyindir atau mengejek sesorang atau suatu keadaan. Misalnya, ladang padang orang betawi: berlagak seperti orang betawi padahal dia orang padang.
b.    Puisi Lama
1.    Lagu daerah. Syair-syair yang dinyanyikan atau ditembangkan dengan irama yang indah dan menarik.
2.    Mantra. Puisi tua yang keberadannya berkaitan dengan adat dan kepercayaan.
3.    Gurindam. Puisi lama yang berasal dari Tamil (India).
4.    Syair. Puisi lama yang berasal dari Arab.
5.    Pantun. Puisi melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.
6.    Talibun. Pantun yang jumlah barisnya lebih dari empat baris
2.    Folklor setengah lisan
a.    Kepercayaan dan takhayul.
b.    Permainan (kaulinan) rakyat dan hiburan-hiburan rakyat.
c.    Drama rakyat. Misalnya, wayang golek.
d.    Tari-tarian.
e.    Adat atau tradisi
f.    Pesta-pesta rakyat.
3.    Folklor bukan lisan
a.    Folklor materil bisanya berbentuk arsitektur rakyat, seni kerajinan tangan, pakaian dan perhiasan, obat-obat rakyat, makanan dan minuman, alat-alat musik, peralatan dan senjata, dan mainan.
b.    Folklor bukan materil misalnya bahasa isyarat dan laras musik.

c.    Fungsi folklor
Folklor mempunyai arti sebagai bagian dari kehidupan masyarakat berfungsi untuk mendukung berbagai kegiatan di lingkungan. Misalnya pada saat kegiatan-kegiatan pesta rakyat seperti tradisi kabuenga di wakatobi yang bertujuan untuk mencari pasangan bagi kaum muda-mudi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar